Iklan Anda


MK Resmi Hapus Presidential Threshold 20%, Ketua DPP Nasdem: Tindakan Berbahaya

Jakarta, suarakompas.com - Mahkamah Konstitusi (MK) resmi menghapus suara ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden 20 persen (presidential threshold) yang sebelumnya berlaku di Pilpres 2024.

MK mengabulkan uji materi atas Pasal 222 Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Majelis hakim konstitusi menilai pasal yang mengatur tentang ambang batas tersebut bertentangan dengan konstitusi.

Beberapa tokoh politik angkat bicara terkait hal tersebut, diantaranya adalah Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago menganggap keputusan MK menghapus ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional sebagai tindakan berbahaya lantaran MK bukan sebagai pembuat UU.

"Keputusan MK final dan mengikat ini sesungguhnya juga berbahaya, karena pada dasarnya MK adalah lembaga penguji UU, bukan pembuat UU," kata Irma, dalam keterangan tertulis. Kamis (2/01/2025).

Irma mengatakan keputusan menghapus presidential threshold oleh MK hanya berdasarkan gugatan beberapa orang saja harus diperbaiki ke depannya karena tak mencerminkan partisipasi publik yang memadai.

Meski begitu, Irma mengatakan keputusan parpol untuk mengusung kadernya sendiri di Pilpres imbas putusan ini pasti akan menjadi perimbangan.

"Semua terpulang pada partai-partai politik, karena biaya pilpres itu sangat mahal, maka keputusan mengusung sendiri kadernya pasti akan menjadi pertimbangan tiap parpol," kata dia. Rill/Lala

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Trending Topic

KPK Jadwalkan Periksa 2 Anggota DPR di Kasus Dana CR BI - Perpu Ciptaker Jadi Solusi Agar tidak ada Penyalahgunaan Kekuasaan > Hotman Paris Ungkap Alasan Jadi Pengacara Teddy Minahasa > KPK Periksa 50 Saksi di Kasus Lukas Enembe > Berikut Daftar 23 Obat Sirop yang Dinyatakan Aman Oleh BPOM > Polres Metro Jakarta Selatan Tetapkan Rizky Billar jadi Tersangka atas Kasus KDRT > Situasi Ekonomi Global Yang Menantang, Sri Mulyani Sebut Dunia Dalam Bahaya